Pages

Saturday 22 October 2011

Jejak Senja


Kembali kujejakkan langkahku di sini. Tempat dimana aku bisa menikmati lembayung senja, sekedar untuk menghilangkan penat setelah sepekan  sibuk dengan rutinitas. Semestinya tak kubiarkan  langkahku kesini. Karena hanya akan ada sesak bergemuruh dalam rongga dada sehingga bulir-bulir bening tak akan bisa terbendung lagi dari kedua pelupuk mata. 

Tapi beginilah caraku menikmati kerinduan. Meskipun ku tahu sesak akan tercipta diantara ribuan kegalauan, aku masih betah untuk duduk berlama-lama hingga senja yang membisu tenggelam berganti malam. Di sini aku bisa melihat sebuah siluet hadir membaur bersama pesona senja . Dan siluet itu akan menambah pesona keindahan ciptaan-Nya yang tersuguhkan dalam panorama alam disetiap petang-Nya.

Disetiap detik langkah sang mentari menuju peraduannya, aku bisa merasakan kepingan-kepingan puzzle tentang sebuah kenangan mulai tersusun kembali. Deja vu untuk kesekian kalinya. Bahwa dulu, aku pernah merasakan saat-saat bahagia seperti ini. Pernah menjadi pendengar setia tentang sebuah harapan dan mimpi-mimpi besar yang dipancarkan oleh sepasang kejora yang senantiasa bersinar. Pernah menyelipkan selaksa do’a disetiap dialog-dialog panjang yang tak pernah membosankan bagiku kala ku tahu kejora itu meredup. Dan semua, tercipta dalam diamku...

Petang telah berganti malam, sayup-sayup panggilan-Nya menyadarkanku dari lamunan senja ini. Bulir bening yang sejak tadi menggenang kian tak terbendung. Ku hapus lelehannya dengan selembar tissue yang juga bagian dari kepingan puzzle itu. Tak lupa menitipkan sebait do’a untuk wujud sebuah asa. Lalu bergegas kulangkahkan kakiku menuju panggilan-Nya. Cukup sudah untuk petang ini, kerinduan itu sedikit menepis meskipun sejatinya semakin mendalam.

#jejakmu yang mengajarkan aku untuk terus mencintai Senja

Thursday 20 October 2011

Rumaisha binti Milhan

Rumaisha
Siapa yang belum kenal dengan nama yang satu ini?#hayoo...unjuk tangan....loh, masih ada yang belum kenal?yo wes, sini ta’ kasi’ kenal....karena katanya “ Tak Kenal Maka Ta’aruf” hehehe....
Insya Allah, pada kesempatan kali ini saya ingin mencoba menulis tentang tokoh shahabiyah yang satu ini.

Mengapa saya ingin menulis tentang shahabiyah yang ini?mengapa bukan kisah tentang para Ummul Mukminin; Khadijah, Aisyah, ataukah tokoh sahabiyah yang lainnya?kenapa eh kenapa?jawabannya singkat saja karena sejak dulu saya memang  ingin menulis tentangnya, hehe....tapi beneran kok, sudah lama saya ingin menulis tentang profil sahabiyah yang satu ini karena merupakan salah satu diantara tokoh shahabiyah terfavorit saya. Nah kebetulannya adalah karena tepat tanggal 12 September kemarin ustazah saya telah melahirkan mujahidahnya yang kelima dan dia memberi nama “Rumaisha Fithyah Shiddiqah” nama yang cantikkan??secantik wajahnya loh #hidungnya mancung plus kedua pipinya dihiasi lesung pipi, gemes saya melihatnya ...dan InsyaAllah secantik akhlaknya kelak, aamiiin....jadi anak yang sholelah yah dek ^_^ #momen yang mengingatkan sayakembali  pada niat awal untuk menulis tentangnya...

Dulu, awal-awal saya belajar tentang kisah tokoh-tokoh sahabat dan shabiyah Rasulullah, nama ini tidak pernah saya temukan dalam deretan tokoh-tokoh tersebut. Yang ada itu, istri-istri Rasulullah, putri-putri Rasulullah,  putri-putri sahabat Rasulullah semisal Asma binti Abu Bakar,  ada juga Ummu Sulaim, Sumayyah, Ummu Kultsum dan beberapa shahabiah-shahabiah lainnya. Dan nama ini (baca: Rumaisha) sekali lagi tidak pernah saya temukan.

Nah, sebelum mengenal tokoh yang satu ini, kisah shahabiah yang paling saya sukai itu adalah kisahnya Ummu Sulaim. Berikut sepenggal kisahnya yang diriwayatkan oleh Al Imam An Nasa’i. Ia mengisahkannya melalui lisan putra tercinta Ummu Sulaim, Anas ibn Malik, bahwa ia berkata: "Abu Thalhah telah melamar Ummu Sulaim. Maka Ummu Sulaim berkata, “Demi Allah, tiada mungkin seorang seperti dirimu wahai abu Thalhah, akan ditolak lamarannya. Tetapi engkau adalah laki-laki kafir, sedang aku seorang wanita muslimah. Tiada halal bagiku untuk menikah denganmu. Tetapi  jika engkau masuk Islam, maka itulah maharku, dan aku tidak akan meminta kepadamu yang selain itu. Maka Abu Thalhah masuk Islam, dan itulah mahar pernikahannya dengan Ummu Sulaim..."*)

Bagaimana, menarik kan?dalam kisah ini kita bisa mengetahui sifat shahabiyah yang satu ini. Saya selalu bilang kalau beliau itu sosok wanita yang memiliki akidah yang kokoh, cerdas, bijaksana, dan tegas. Lihat saja, bagaimana dengan tegas Ia menolak pinangan seorang laki-laki yang pada masa itu adalah seorang laki-laki tampan,kaya raya, dan terhormat diantara kaumnya. Mungkin kalau wanita lain yang memiliki iman dan akidah yang lemah, tentu saja dia sudah menerima pinangan ini sekalipun ia masih dalam keadaan musyrik, tapi tidak bagi seorang Ummu Sulaim.

Tidak hanya itu, ia pun berani “menukar” maharnya (perhiasan emas) dengan keislaman dari laki-laki tersebut. Itulah mengapa  Ummu Sulaim dikenal dengan "Wanita yang paling mulia maharnya" dan diriwayat lain ada juga yang mengatakan bahwa Ummu Sulaim adalah "Wanita yang paling mahal maharnya" . Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa wanita ini merupakan wanita yang memiliki akidah yang kokoh, wanita yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dibandingkan dengan harta dan kenikmatan dunia. Subhanallah, semoga Allah senantiasa merahmatinya....

Tidak sampai disitu kekaguman saya pada sahabiyah favorit saya yang satu ini. Saya masih terkesima dengan kisah keteladanannya yang lain. Cuma pada kesempatan ini saya belum bisa menuliskannya karena sepertinya sudah kepanjangan, InsyaAllah dipostingan berikutnya. Namun, saya ingin menggambarkannya lagi bahwa pada kisah tersebut, kita bisa melihat bahwa sungguh beliau wanita yang sangat bijaksana dan seorang wanita cerdas yang mampu mengajarkan dien ini kepada suaminya yang pada saat itu baru mengenal Islam.

Yah, itulah sepenggal kisah yang bisa saya ceritakan tentang sosok Ummu Sulaim. Selain kisahnya yang di atas, ummu sulaim juga dikenal sebagai sosok sahabiyah yang beberapa kali terjun langsung dalam medan pertempuran besar bersama Rasulullah SAW. Seperti pada perang Badar, Uhud, dan Hunain. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas beliau.

Hei,tunggu dulu, sepertinya saya terlalu banyak bercerita tentang Ummu Sulaim yah, jadi bagaimana dengan kisahnya Rumaisha?? Masih ada yang bertanya-tanya tentang kisahnya atau sudah lupa saking semangatnya membaca kisah Ummu Sulaim, hehehe...Nah kali ini, saya baru mau berkisah tentang Rumaisha #nah loh, bakalan sampai esok hari nih membaca postingan saya kali ini ^_^

Ok, let’s cekidooot ^_=

Rumaisha binti Milhan merupakan salah satu sahabiyah Rasulullah juga. Dalam riwayat yang lain ada juga yang menyebutkan namanya Al Ghumaidha binti Milhan, namun yang lebih sering saya temukan adalah Rumaisha. Rumaisha ini biasa juga dikenal dengan nama Ummu Sulaim #ngekngok,tepok jidat...
Ternyata Ummu Sulaim itu nama lengkapnya Rumaisha binti Milhan...wuiih, tambah kesemsem saya sama sahabiyah yang satu ini. Pantas saja saya tak pernah menemukan namanya karena Rumaisha ini memang lebih terkenal dengan Ummu Sulaim. Saya sangat menyukai namanya, gak pasaran, hehehe...makanya sejak pertama kali mengenal nama ini saya sudah niatkan kalo’ saya punya putri (kelak) saya akan memberinya nama Rumaisha #khusyuk mengaminkan....tapi ternyata, saya sudah keduluan ustazahku, hihiihi...tapi gak papa nyontek kan ummi ^_=

Jadi, karena Rumaisha itu sama dengan Ummu Sulaim, maka saya tak perlu berpanjang kali lebar #sama dengan luas... untuk bercerita lagi kan?karena pastinya ceritanya akan sama saja :D

Selain namanya, kisah-kisahnya yang bisa menjadi teladan sangat menarik buat saya. Meskipun saya baru mengisahkan tentang kisahnya sewaktu beliau dipinang oleh Abu Thalhah, yang notabene merupakan seorang laki-laki yang terpandang, kaya, dermawan lagi bersifat kesatria tetapi Ia menolaknya. Disitu sudah tampak jelas sifat pribadinya bahwa beliau merupakan seorang wanita yang dihiasi dengan kecerdasan berpikir dan kefasihan serta berakhlak mulia. Selain itu, beliau dihiasi pula dengan kebijaksanaan serta pemikiran yang lurus, sehingga nantinya cerita yang baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan memuji atasnya.

Yah,  saya rasa cukup untuk postingan kali ini. Sekali lagi, semoga kisah beliau bisa menjadi teladan bagi kita semua terkhusus buat para wanita. Bahwa dalam hidup ini,  mencintai Allah dan Rasul-Nya serta risalah Islam yang agung ini adalah di atas segala-galanya. Allahu Akbar!!

Sampai ketemu di postingan berikutnya “Rumaisha binti Milhan part 2” ^_^

#sejak tanggal 19 September 2011 hanya berada diantara draft2 tulisan, dan baru bisa menyelesaikannya sekarang...alhamdulillaah yaah ^_^

*) dikutip dari bukunya Salim A. Fillah “Agar Bidadari Cemburu Padamu”

Thursday 13 October 2011

Dialog Malam

“Kenapa dek, lagi ada masalah yah?”, sebuah pertanyaan tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

Aku menghela nafas dan menggelengkan kepala seraya berkata, “tidak ada apa-apa kak” sembari melayangkan sesimpul senyuman padanya. 

Jawaban yang terkesan meragukan buatnya, mungkin memang raut wajahku malam ini tak bisa berbohong padanya. Atau polah tingkahku yang sedari tadi hanya bisa memainkan garpu dengan beberapa potong pepaya yang disuguhkannya padaku dengan pandangan yang seringkali kosong.

 Lalu dengan penuh keyakinan ia berkata, “ Kalau saat ini engkau memiliki masalah dek, saya yakin engkau bisa mengatasinya. Karena aku tahu engkau lebih bijaksana dari diriku dalam menyelesaikan setiap masalah-masalah, engkau lebih dewasa dibandingkan diriku”. “Insya Allah engkau pasti bisa”, ditegaskannya lagi ucapannya.

Terdiam dan lagi-lagi saya hanya bisa menghadiahinya senyum manisku untuknya.
“ Tapi kali ini tidak kak,mungkin saya bisa bijaksana menyikapinya tapi persoalan kali ini tidak hanya membutuhkan kebijaksanaan tapi juga butuh keberanian memutuskannya, dan perlu engkau tahu, saya tidak punya keberanian itu untuk memutuskannya”, jawabku tapi hanya dalam hati. 

Lalu kualihkan pembicaraan itu dengan topik yang lain. Saya sedang tidak ingin berpanjang lebar  untuk bercerita tentang itu pada siapa pun. Namun, semangat dan keyakinannya yang disampaikan padaku malam ini tersimpan dalam memoryku hingga dialog kami berakhir. Orang lain saja yakin saya bisa menyelesaikannya mengapa saya tidak yakin pada diriku sendiri. Terima kasih untuk semangat dan kepercayaannya kak, do’akan semoga saja saya bisa, Insya Allah...

Dan tiba-tiba saja saya teringat dengan sebuah pesan singkat dari seorang kawan.... Jika engkau sedang menghadapi sebuah masalah, jangan katakan Ya Allah saya punya masalah besar. Tapi katakanlah, hai masalah, saya punya Allah yang Maha Besar!!! ^__^

#dan AKu punya unee...sebuah balasan pesan singkat yang juga tiba-tiba terngiang kembali disepertiga malam yang mulai beringsut pelan...